01 Agustus 2025

Review Buku Anak, Ayah

Di postingan sebelumnya, saya pernah tuliskan beberapa kiat saya untuk mendekatkan gadis kecil kami pada ayahnya sendiri. Salah satunya dengan membacakan buku yang tokohnya melibatkan sosok sang ayah. Mulailah saya mencari-cari buku yang paling relevan dan relate dengan kehidupan gadis kecil saya dan ayahnya. Setelah membandingkan, menimbang, dan pilah pilih, akhirnya saya memutuskan untuk membeli satu buku ini.

Buku Ayah
Cover depan buku Ayah

Saya belikan buku yang tokoh utamanya adalah ayah dan anak perempuannya. Pas banget kan seperti anak saya dan ayahnya. Harapannya setelah membaca buku ini, dia bisa jadi lebih dekat dengan ayahnya. Lalu, isinya seperti apa? Kita ulas satu-satu ya!

Judul         : Ayah
Penulis     : Benny Rhamdani
Ilutrator     : Alfy Maghfira
Halaman    : 20 halaman
Cover         : Hard cover
Penerbit     : Pelangi Mizan

Bentuk Fisik
Buku ini termasuk boardbook yang cover dan halaman isi menggunakan kertas board tebal dengan finishing laminasi glossy. Sampai saat ini, saya masih lebih memilih boardbook ketimbang buku biasa demi keawetannya.

Memang dia sudah lebih bisa mengerti sebab akibat secara sederhana, sepeti misalnya tak boleh merobek buku karena nanti bukunya tidak bisa dibaca lagi. Juga, dia bisa diberi pengertian untuk membalik halaman buku dari sisi ujung agar tidak robek. Tapi yang namanya batita kan ada saja ya momen dia lagi gemes atau saking bersemangatnya atau tak sengaja merusak halaman bukunya. Jadi menurut saya masih lebih aman boardbook untuknya.

Kembali ke buku ini. Dengan ukuran sekitar 17x17cm, buku ini mudah dibaca dan dibawa anak-anak. Bahkan masuk lho di tas mungil miliknya. Saya rasa, ukuran buku ini standar buku anak pada umumnya lah ya. Ujung-ujung bukunya juga tumpul agar anak tidak mudah tergores bagian yang tajam.

Ilustrasi
Cover buku ini bergambar sang ayah yang sedang menggendong Ela dengan raut wajah tertawa gembira. Saya ceritakan pada anak saya kalau itu gambar ayah dan dia. Kebetulan baju yang dipakai si tokoh ayah ini hampir sama motifnya dengan baju yang dipunyai suami saya. Sepertinya, ilustrasi di cover ini menarik rasa penasaran anak saya. Dari awal lihat saja, dia langsung menyebut si tokoh ini adalah dirinya dan ayah. 

Lanjut ke ilustrasi bagian isi. Saya kurang faham memang bagaimana detail membuat ilustrasi buku anak, terutama untuk tokoh yang karakternya manusia. Selama ini, saya punya buku anak dengan karakter hewan dan bagus-bagus aja. Nah, di buku Ayah ini, ada sedikit yang agak mengganjal ilustrasinya bagi saya.

Buku Ayah
Anak saya selalu penasaran dengan gambar baju garis-garis ini

Pada bagian, ketika sang anak dan teman-temannya menceritakan profesi ayah masing-masing. Pada bagian profesi polisi, ilustrasi digambarkan dengan seorang laki-laki yang seolah memborgol tangan pencuri. Sekilas memang benar sih itu salah satu tugasnya. Tapi penggambaran tokohnya seperti kurang sesuai menurut saya.

Kenapa tidak digambarkan saja pak polisi dengan seragam lengkap sedang bertugas mengatur lalu lintas di jalan agar anak-anak lebih mudah menangkap maksud cerita dan ilustrasinya. Pada bagian ini, anak saya tetap bertanya ini gambar apa (dan sepertinya dia belum terlalu paham apa proses mencuri dan ditangkap polisi) karena memang ilustrasi polisi juga tidak ada seragamnya. Ilustrasi lainnya menurut saya sudah sesuai dengan jalan ceritanya.


Isi Cerita
Nah, bicara tentang jalan ceritanya, ada lagi nih satu poin yang menurut saya pribadi agak kurang gitu ya. Buku ini bercerita tentang seorang anak perempuan bernama Ela yang pada suatu pagi wajahnya cemberut. Sebabnya karena sol sepatu kanannya lepas, padahal sepatu itu akan dipakainya untuk pergi ke sekolah. Kemudian dengan sigap, sang ayah memperbaikinya dengan lem. Sepatu itu bisa dipakai kembali sehingga Ela merasa senang.

Cerita berlanjut tentang kegiatan Ela selama di sekolah. Nah, di sekolah ini, ibu guru meminta anak-anak untuk bercerita tentang pekerjaan ayah masing-masing. Ela menceritakan bahwa ayahnya sedang mencari pekerjaan karena sudah seminggu diberhentikan dari tempat bekerja sebelumnya.

Sampai Ela berkata "Teman-teman, tolong doakan biar ayah cepat dapat kerja, ya,"

Buku Ayah
Saya sedikit rubah cerita di bagian ini

Jujurnya, pada bagian ini cerita saya rubah sedikit karena sepertinya anak saya belum saatnya untuk paham apa itu diberhentikan dari pekerjaan, apa itu kesulitan sang ayah mencari kerja, dan sebagainya. Saya lebih memilih untuk menceritakan apa pekerjaan ayahnya anak saya. Mungkin nanti ketika ia sudah lebih besar dan mengerti, baru saya bacakan cerita sebenarnya. Ini menurut pendapat pribadi saya sendiri ya. Kalau ada yang tidak setuju dengan saya ya gak apa-apa. 

Cerita masih berlanjut di rumah saat sore hari. Ketika sang ayah pulang kerja, ia mendapati wajah Ela murung kembali. Rupanya sol sepatunya lepas lagi di sekolah. Tapi ternyata ada sesuatu yang dibawa ayah untuk Ela sepulang kerja. Sepatu baru untuk Ela.

Buku Ayah
Akhir cerita

Akhirnya, cerita ditutup dengan ucapan terimakasih dari Ela untuk ayah karena sudah membelikan sepatu untuknya. Ayah, Ela, dan ibu pun berpelukan bersama sambil tersenyum bahagia.

Setelah membaca buku, biasanya saya dan anak gadis ini akan mengulas kembali cerita yang tadi dibaca. Sesingkat dan sepemahaman anak saja. Misalnya, saya akan tanya ulang kenapa si tokoh cemberut? Lalu siapa yang mengantar si tokoh ke sekolah? Apa yang dibawakan ayah untuk si tokoh? Dan seterusnya. 

Bagi saya, ini bisa jadi sarana untuk anak lebih bisa belajar mengingat dan memahami isi cerita. Jadi, ada pesan moral yang akan diingat setelah membaca buku. Khusus pada buku ini, saya ingin sampaikan bahwa peran ayah itu ada. Seperti memperbaiki sepatu si tokoh yang lepas, mengantar ke sekolah, lalu membelikan sepatu yang baru. Jadi memang spotlightnya ada di tokoh ayah.


Itu salah satu usaha saya untuk si gadis kecil supaya bisa lebih dekat dengan ayahnya. Di kegiatan sehari-hari pun, saya dan suami sepakat untuk banyak menonjolkan peran si ayah. Misalnya, ketika pulang kerja, saya akan mengajak si gadis ini untuk semangat membukakan pintu rumah dan memanggil ayah dengan suara keras. 

Ketika di rumah asyik bermain dengan seru, saya akan minta ia untuk bercerita pada ayahnya saat pulang kerja nanti. Sampai waktunya akan tidur, saya akan tanyakan "Sudah dicium ayah belum?" dan percaya atau tidak, ini lumayan berdampak lho.

Setiap anak pasti berbeda kan kedekatannya dengan orangtuanya. Ada yang memang otomatis dekat, ada yang memang harus diusahakan lebih dulu. Dan sepertinya, anak gadis kecil ini adalah tipe yang kedua. Yah, gak apa-apa.

15 Mei 2025

Mata Kering? Jangan Sepelein Deh!

Sejujurnya, saya adalah tipe orang yang senang bekerja di balik layar. Sibuk tanpa terlihat tapi hasilnya bisa dilihat dan bermanfaat. Makanya dari dulu saya lebih senang dapat pekerjaan yang berhubungan dengan tulis menulis, membuat draft desain, mengkonsep, dan hal-hal yang jarang dibahas di depan umum ketimbang harus tampil di depan, presentasi, atau bertemu dengan banyak orang.

Bersyukur sekali, selepas saya keluar dari tempat bekerja dulu, saya bisa fokus untuk merintis usaha desain dan percetakan sambil tetap menggeluti hobi menulis.

Insto Dry Eyes
Saya dan Gadget

Tentu saja, dua hal itu tidak akan lepas dari gadget, entah laptop atau ponsel. Durasi saya di depan layar monitor jadi bertambah deh. Apalagi kalau sudah ada deadline, baik dari pekerjaan desain maupun menulis. Bisa sampai berjam-jam saya jabanin.

Ditambah lagi sekarang saya punya anak batita yang super aktif. Kegiatan di depan gadget lebih sering dilakukan pada malam hari dimana dia sudah terlelap. Otomatis, saya pun sering 'memaksa' mata untuk tetap bekerja cepat sebelum waktu tidur.

Selesai pekerjaan itu semua, biasanya saya cari hiburan dulu. Nonton tayangan ringan atau scrolling media sosial sambil haha hihi sendiri. Gak kerasa malah sampai berlarut-larut pula. Akhirnya, kok mata kerasa gak enak ya. Sepet, perih, dan lelah. Kalian yang terbiasa bekerja di depan layar monitor, pasti gak asing deh dengan keadaan mata yang begini setelah berjam-jam berkutat dengan layar kan?

Yup! Ini adalah gejala awal mata kering.

Apa itu Mata Kering?

Sebenarnya, mata kering itu hal yang umum terjadi. Kondisi ini terjadi saat mata tidak dapat menghasilkan air mata seperti biasanya. Padahal, air mata ini memiliki fungsi yang cukup penting, yaitu sebagai pelumas pada permukaan bola mata dan sebagai pelindung dari benda asing seperti debu atau kuman yang bisa menyebabkan infeksi.

Gejala mata kering memang ringan seperti mata sepet, perih dan lelah. Saking ringan dan Sepele, banyak orang yang kadang suka abai. Kalau kondisi ini dibiarkan berlarut-larut, tentu saja akan menimbulkan rasa tidak nyaman di mata hingga mengganggu penglihatan karena kondisi mata semakin buruk. Makanya, kalau sudah terasa gejalanya, #MataKeringJanganSepelein.

Penyebab Umum Mata Kering

Mengutip dari berbagai sumber, mata kering dapat terjadi karena dua kondisi, yaitu penurunan produksi air mata dan peningkatan penguapan air mata. 

Penurunan produksi air mata sendiri bisa terjadi karena faktor lanjut usia, menderita penyakit tertentu seperti lupus, diabetes, autoimun, gangguan pada hormon, diabetes dan scleroderma, penyakit autoimun langka yang menyebabkan jaringan ikat tubuh menebal dan mengeras pada kulit, pembuluh darah dan organ dalam.

Selain itu, efek tindakan medis tertentu juga dapat mempengaruhi produksi air mata. Misalnya pada orang yang sedang terapi pengganti hormon, radioterapi, operasi laser mata, dan orang yang kekurangan asupan vitamin A. Pengaruh obat-obatan tertentu juga bisa berefek mengurangi produksi air mata ini, seperti dekongestan, antihistamin, obat hipertensi, antidepresan, dan tretinoin.

Penyebab mata kering lainnya adalah peningkatan penguapan air mata. Hal ini biasanya terjadi karena kurangnya kandungan lemak pada air mata yang efeknya akan mempercepat proses penguapan sehingga mata mudah kering.

Baca juga : Banyak Baca Sampai Mata Kering? Teteskan Insto Dry Eyes!

Kondisi-kondisi yang memicunya antara lain defisiensi vitamin A, seringnya terpapar polusi udara, berada di tempat yang udaranya kering, reaksi alergi pada mata dan terlalu lama membaca buku atau menatap layar gadget sehingga mengurangi frekuensi berkedip.

Insto Dry Eyes
Mata sepet, perih, dan lelah

Gejala Mata Kering Yang Perlu Diwaspadai

Meskipun ringan, ada gejala mata kering yang perlu diwaspadai lho. Gejala-gejala itu antara lain :

1. Mata sepet, perih, lelah, merah, dan terasa panas. Sensasinya seperti terbakar dan lelah setelah melakukan aktivitas membaca atau menatap layar gadget. Pada tingkat yang lebih parah, mata akan memerah atau bahkan bengkak.

2. Terasa seperti ada benda asing atau ada yang mengganjal pada mata. Kalau saya biasanya reflek akan berkedip atau mengucek mata padahal ini tidak disarankan ya. Apalagi dalam keadaan belum cuci tangan.

3. Mata berair. Pernah kan sedang asik scroll media sosial tiba-tiba ada air mata mengalir padahal tidak sedang dalam keadaan sedih atau terharu? Nah ini adalah air mata berlebih karena reaksi terhadap iritasi ringan atau bisa juda menandakan bahwa mata kekurangan pelumasnya alias mata kering.

4. Sensitif terhadap sinar matahari. Mata terasa silau berlebih atau tidak nyaman saat melihat cahaya terang.

5. Penglihatan buram atau kabur terutama setelah membaca buku atau menatap layar gadget. Biasanya setelah berkedip, mata akan terasa lebih baik.

Mengatasi Mata Kering Tanpa Harus Ke Dokter

Nah, sudah tau kan penyebab dan gejala mata kering? Meskipun gejalanya ringan, mata kering jangan disepein ya. Berdasarkan pengalaman pribadi saya, ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi mata kering secara efektif tanpa harus ke dokter. 

1. Istirahatkan Mata Sejenak

Setelah menatap layar gadget dalam waktu yang cukup lama dan intens, cobalah untuk mengistirahatkan mata sejenak. Salah satunya adalah dengan memandang objek lain yang jaraknya jauh. Saya pribadi, lebih suka melihat pemandangan diluar jendela setelah berkutat dengan layar gadget. Mengistirahatkan mata juga bisa dengan rumus 20-20, yaitu setelah 20 menit mata bekerja, istirahatkan selama 20 detik, begitu seterusnya.

2. Seringlah Berkedip

Biasanya, frekuensi mata berkedip akan berkurang saat membaca buku terlalu lama atau menatap layar gadget. Padahal berkedip dapat melumasi permukaan mata secara alami. Maka, sering-seringlah berkedip agar mata tidak kering.

Baca juga : Mengejar Impian Menulis Skenario Film

3. Hindari Paparan Iritan Secara Langsung 

Polusi udara seperti asap, debu, dan angin berlebih dapat mengiritasi mata dan menyebabkan mata kering. Adakalanya memang tidak bisa dihindari ya, tapi bisa diusahakan untuk mengurangi intensitas kita berada di lingkungan tersebut. Kalau cuaca sedang panas dan angin, sebaiknya gunakan kacamata untuk melindungi mata. Berada dalam ruangan ber-AC terlalu lama juga sebaiknya dikurangi untuk menjaga penguapan air mata.

4. Menjaga Pola Hidup Sehat

Konsumsi makanan yang kaya nutrisi seperti wortel yang mengandung vitamin A, ikan-ikanan yang mengandung omega-3 untuk meningkatkan produksi air mata. Jangan lupa juga untuk tetap terhidrasi dengan mengkunsumsi air putih yang cukup.

5. Gunakan Tetes Mata

Tetes mata ini seperti halnya air mata buatan yang berfungsi untuk membantu melumasi permukaan mata sehingga mengurangi gejala mata kering. Sebaiknya gunakan tetes mata yang aman dan direkomendasikan oleh dokter.

Insto Dry Eyes
Insto Dry Eyes

Salah satu tetes mata itu adalah Insto Dry Eyes yang sudah saya pakai dan percayai sejak lama. #InstoDryEyes ini digunakan untuk memberi efek pelumas seperti halnya air mata, mengatasi gejala mata kering, dan meringankan iritasi mata yang disebabkan oleh kekurangan produksi air mata. Cukup tetesin Insto Dry Eyes ke mata kalau sudah terasa ada gejala mata kering.

Kenapa Harus Insto Dry Eyes?

Insto Dry Eyes merupakan produk keluaran PT. Combiphar yang sudah terkenal akan mutunya. Setiap mL Insto Dry Eyes ini mengandung 3,0 mg Hidroxypropyl methylcellulose. Bahan aktif ini bekerja memberikan efek pelumas seperti air untuk mengatasi mata kering. Selain itu, Insto Dry Eyes juga mengandung bahan aktif yang dapat meringankan iritasi mata akibat berkurangnya produksi air mata. 

Insto Dry Eyes
Insto Dry Eyes New Packaging

Produk Insto Dry Eyes ini dikemas dalam ukuran 7,5mL. Ukuran yang cukup mungil sehingga mudah dibawa kemana-mana. Masuk kantong baju atau tas pun masih cukup banget. Satu lagi, produk ini mudah didapat karena sudah tersedia di toko obat konvensional maupun minimarket. Oh iya, sekarang ada Insto Dry Eyes New Packaging lho! Kemarin pas mau beli di minimarket sempat cari-cari, ternyata kemasannya baru dan lebih fresh.

Itu dia pengalaman saya mengatasi gejala mata kering tanpa harus ke dokter. Kalau kalian, punya pengalaman apa nih? Tulis di kolom komentar ya!

25 Maret 2025

Merenda Kenangan di Blog

Halo!
Kalau ada kawan lama yang sudah beberapa waktu tidak berjumpa dan akhirnya berjumpa kembali, sebagian mereka pasti akan bertanya spesifik tentang satu hal. Apakah saya masih menulis? Maka saya akan menjawabnya dengan tersenyum sambil berfikir ternyata personal branding saya ada sisi kepenulisannya.

Kenangan di blog

Melihat kembali perjalanan menulis saya, rasanya memang itu sudah lama sekali. Sejak masih duduk di bangku SD, saya sudah punya catatan harian meskipun tentu saja tulisannya ala anak-anak. Kegiatan menulis ini terus berlanjut hingga SMP, SMA, kuliah dan seterusnya. Dimulai dari tulisan fiksi berupa cerita pendek dan puisi, hingga tulisan nonfiksi berupa catatan kecil atau artikel ringan.

Dari yang awalnya hanya saya tulis di buku, di kertas fotokopian materi pelajaran (bagian belakang kertas fotokopi itu pasti ada halaman kosong kan), sampai suatu hari tulisan-tulisan saya ini menemukan rumah barunya. Blog pribadi. Oh iya, dulu saya belum punya laptop atau komputer pribadi, jadi kalau mau mengabadikan tulisan ya hanya di buku catatan itu. Kalaupun mau posting di blog ya pergi ke warnet.

Rasanya begitu senang saat pertama kali menulis di blog. Saya pikir, tulisan-tulisan itu akan mampu bertahan jauh lebih lama ketimbang yang hanya ditulis di lembaran kertas karena pasti akan menumpuk dan mugkin saja hilang. Di kemudian hari memang saya tidak tahu keberadaan dokumen-dokumen itu sekarang.

Seperti halnya sebuah rumah, blog ini pun saya rawat dengan baik. Pertama kali saya hias bagian depannya dengan desain ala kebun yang sejuk. Saya bagi ruang-ruang di rumah tulis ini dengan beberapa jenis tulisan. Saya isi dengan para penghuninya, mulai dari cerpen, puisi, tips, curhatan, dan tulisan tanpa tema. Namanya masih baru ya, jadi kadang yang penting nulis aja walaupun masih benar-benar gak teratur.

Beberapa waktu berselang, saya mulai rapih-rapih lagi. Menyusun ulang ruang-ruang, menyusun ulang tulisan-tulisan. Menambah widget yang waktu itu viral pada masanya, hihi. Saya ingat banget salah satu widget yang paling hits saat itu. Kalender dengan variasi gambar animasi yang lucu. Pernah juga ada kolom obrolan. Satu lagi, lagu yang bisa diputar ketika kita membuka blog.


Adakalanya saya bersemangat sekali menulis di blog. Tapi sering juga malas melanda, atau sulitnya berbagi waktu karena saat itu saya sedang sibuk-sibuknya mengejar penelitian akhir kuliah saya. Dan kalau saya lihat lagi hari ini, ternyata usia blog ini sudah hampir 20 tahun! Wow!

Merenda Kenangan di Blog

Kalau dipikir-pikir lagi, saya bersyukur dan gak menyesal punya blog ini. Ada banyak kenangan suka dan duka yang pernah saya tulis disini. Alasan saya masih bertahan dan akan tetap bertahan adalah saya bisa mengabadikan perjalanan hidup saya selama ini. Memang tidak semua hal bisa diceritakan, tapi setidaknya ada episode yang sayang sekali kalau dilewatkan begitu saja.

Curahan Hati
Sebagai perempuan yang jarang sekali bisa berbaur dengan orang-orang, media curhat saya ya dengan menulis. Apapun yang saya lihat, dengar, dan rasakan. Juga bukan hanya peristiwa yang saya alami saja, tapi juga peristiwa yang dialami orang lain, saya ambil banyak sisinya. Saya tuliskan dari sudut pandang saya. Kadang dengan bahasa yang paling ceplas ceplos, kadang juga pakai narasi yang tersirat maknanya.

curhat

Bagi saya, curhat di blog itu malah menyenangkan. Kalau banyak yang baca, saya bersyukur karena hitung-hitung meningkatkan kunjungan di blog kan. Kalau sedikit atau bahkan gak ada yang baca juga gak masalah sih karena saya sadar, belum tentu orang lain butuh curhatan orang kan, hehe.

Sebagai Bukti Pernah Ke Suatu Tempat
Sisi lain dari saya adalah saya suka sekali jalan-jalan. Berkunjung ke suatu tempat yang baru bisa membuat saya lebih bersyukur, meningkatkan mood, me-recharged energi kembali, dan melupakan beberapa hal yang menyakitkan, ups!

Sepulang dari jalan-jalan itu, rasanya sayang banget kan kalau gak diabadikan lewat tulisan? Siapa tahu juga bisa jadi referensi orang lain yang butuh informasi tempat wisata atau sekadar menyegarkan pikiran sejenak. Makanya, saya buat ruang juga di blog ini dengan nama Jalan-Jalan.

Isinya beragam. Selain saya bercerita dari sudut pandang saya sendiri, juga sering saya tambahkan informasi tentang tempat yang saya kunjungi itu, bagaimana menuju kesana, berapa perkiraan biaya akomodasi dan lain-lain. Jadi, pembaca juga tidak hanya menikmati cerita saja, tapi juga ada gambaran kalau suatu saat ingin kesana.


Ajang Belajar Berkompetisi
Awal tahun 2017an, saya baru tahu kalau ternyata sering banget ada kompetisi blog ya. Haha, kemana aja saya selama ini? Mencoba mencari peruntungan sambil menjalankan hobi menulis, saya mulai ikut-ikutan kompetisi itu.

Berhasil jadi juara? Oh tentu tidak semudah itu! Bagi saya yang selama ini menulis dengan gaya bebas dan baru dalam kompetisi blog, tentu tidak mudah membuat tulisan dengan banyak aturan. Terlebih lagi, harus dengan membranding merk produk tertentu juga. Alhasil, dari banyaknya kompetisi di tahun ini, tidak ada satupun nama blog saya dalam daftar pemenang, haha.

Tahun-tahun selanjutnya, saya belum kapok ikut kompetisi blog lagi. Berbekal sedikit pengalaman dari kompetisi sebelumnya, saya mencoba peruntungan lagi. Hasilnya, tetap tidak jadi pemenang juga. Dan setelah beberapa kali ikut dan tak pernah menang, akhirnya saya beralih saja. Mengabaikan yang bukan jadi jalan saya.

Tapi tidak memungkiri sih, ada juga kompetisi blog dengan lingkup yang lebih kecil yang berhasil saya raih juaranya. Dari mulai juara harapan hingga masuk tiga besar, alhamdulillah. Kalau sudah pernah menang gitu, sebenarnya semangat akan membara lagi ikut kompetisi, tapi mau seberapa banyak kompetisi kalau tujuan akhirnya hanya jadi pemenang dan bukan atas dasar jiwa kepenulisan?

Di tahun 2018, untuk pertama kalinya saya ikut tantangan 30 hari menulis dari Blogger Perempuan. Ini benar-benar tantangan sih karena harus ditulis setiap hari selama 30 hari berturut-turut. Berhasil? Diluar perkiraan, akhirnya saya berhasil menyelesaikannya meski serasa seperti dikejar-kejar deadline setiap hari, haha.

Blogger Perempuan

Tapi dari tantangan itu, saya jadi lebih semangat lagi menulis dan mulai kembali menata blog saya jadi lebih rapih. Dan hari ini di Ramadhan tahun 2025, saya bisa menyelesaikan misi lagi dari Blogger Perempuan. Yeaayy!

Bagi saya, blog bukan hanya sekadar rumah untuk tulisan-tulisan saya, tapi juga tempat merenda kenangan lama, merangkai kisah perjalanan, dan mengabadikan peristiwa berharga. Kalau ditanya mau sampai kapan ngeblog? Saya tidak tahu akan bagaimana akhirnya, tapi saya akan tetap merawat blog ini, seperti merawat rumah sendiri.

Kalau kamu, punya momen apa saja selama blogging? Tulis di kolom komentar ya!