25 April 2024

Promil Part 3; Jeruk Nipis Sampai Resep JSR

Halo!
Kembali menulis kisah perjuangan menjemput malaikat kecil setelah beberapa lama terputus. Sekali lagi, saya hanya ingin berbagi kisah, bukan menggurui, bukan cari perhatian, apalagi pamer, hehe. Karena yang namanya anak itu adalah rezeki, dan setiap orang sudah punya rezekinya masing-masing. Urusan anak juga hanya Allah yang bisa turun tangan, manusia itu hanya berusaha dan berdoa. Semua kembali ke Sang Pencipta manusia itu.

Promil herbal

Oke, di bagian sebelumnya, saya sudah tuliskan bagaimana usaha awal saya dan suami ke dokter, menebus obat, dan diet yang terasa amat berat. Juga bagaimana pada akhirnya kami beristirahat sejenak untuk menenangkan diri setelah perjuangan hampir setahun ke dokter itu belum juga membuahkan hasil yang nyata.

Sebenarnya, saya juga terus mencari alternatif lain untuk promil selain ke dokter. Ada banyak saran dari orang-orang yang bertemu dengan saya. Minum dugan hijau yang dibakar, makan kurma muda, minum air buah zuriat, sampai makan biji merica. Setidaknya ada beberapa alternatif promil yang saya lakukan demi menjemput garis dua ini selain ke dokter.

1. Promil Jeruk Nipis Ala Dewi Yull

Sepertinya mudah ya, tapi ternyata gak banget! Haha. Jadi, promil jeruk nipis ini dilakukan selama 14 hari berturut-turut dengan cara meminum perasan jeruk nipis. Jumlah jeruk nipis yang diminum per harinya bervariasi dan mengikuti pola tertentu. Hari pertama 1 buah, dan seterunya hingga 24 buah. Duh, nulis ini sambil membayangkan rasa asemnya, jadi merinding sendiri.

Jujur, sebelum saya coba resep ini, saya sudah berkali-kali mencari referensi dan testimoninya. Ada beberapa yang setuju dan berhasil meskipun ada juga yang tidak. Namanya juga usaha, jadi saya mau coba juga yang ini.

Percaya atau gak, saya berhasil minum perasan jeruk nipis sampai lebih dari seminggu sepertinya. Suami sempat khawatir karena saya kelihatan tersiksa setiap kali minum jeruk nipis itu. Ya gimana gak tersiksa, saya yang gak suka rasa buah yang asem sedikit pun, malah harus minum air jeruk nipis yang kalian tahu kan rasanya gimana, hehe.

Saya juga tahu ada yang diam-diam menertawakan promil jeruk nipis saya ini. Ironisnya, dia juga seorang perempuan yang harus menanti kehamilan setelah menikah meski tidak sepanjang penantian saya. Dalam hati, saya berdoa semoga ikhtiar saya gak sia-sia. Tapi memang promil jeruk nipis ini gak berhasil di saya karena saya gak kuat sampai akhir, huhu.

2. Pola Makan Ala PCOS Fighter

Kebanyakan penderita PCOS ini perempuan dengan kelebihan berat badan meskipun tidak jarang juga perempuan yang bisa dibilang kurus. Termasuk saya ini. Sebenarnya, pola makan ala PCOS fighter ini sehat dan mudah. Intinya menghindari tepung-tepungan dan gula karena kebanyakan sindrom ini berkaitan dengan resistensi insulin.

pcos diet
Salad sayur favorit saya

Saya ikuti sebisanya. Sampai-sampai saya luangkan waktu, pikiran, dan tenaga untuk menyusun menu sehat, hehe. Dimulai dari sarapan pagi dengan buah, oat, telur rebus, atau kacang-kacangan. Dahlah bye-bye sama roti bakar, nasi uduk atau buryam sementara waktu. Makan siang dengan nasi dalam porsi kecil tetapi protein yang lebih banyak serta sayuran. Skip gorengan apalagi bakwan yang full tepung. Padahal bakwan itu favorit saya, huhu.

Camilan, saya banyakin buah atau makanan rebusan. Pisang rebus, singkong rebus, mantang rebus, kacang rebus. Dah itu aja. Bosan? Sejujurnya kadang bosan juga, jadi ada hari dimana saya melonggarkan diri sendiri untuk makan 'enak' tapi tetap gak berlebihan juga.


3. Resep JSR 

Hampir sama sih dengan pola makan PCOS fighter, resep JSR ini juga lebih ke makan sehat tanpa olahan berlebih dan minuman rempah.

Salah satu minumannya yang sampai sekarang masih saya simpan resepnya adalah minuman rempah pembersih rahim. Minuman ini terbuat dari campuran jahe, ketumbar, kapulaga, kayu manis, cengkeh, dan madu. Gampang banget buatnya. Diminum hangat enak banget. Diminum dingin juga seger.

promil rempah
Rempah andalan saya

Dari satu minuman ini, saya kepoin minuman-minuman lain yang sekiranya sesuai dengan kondisi tubuh saya dan suami. Cocok? Iya. Saya yang tadinya kalau datang bulan selalu sakit banget sampai gak bisa ngapa-ngapain, setelah minum rempah jadi lumayan berkurang sakitnya. Asal rutin aja.

Nah, saya coba bawa minuman rempah ini ke tempat kerja, dan taraaa.. sebagian teman kerja malah ikutan mau coba juga karena penasaran. Jadilah tren minuman rempah dengan berbagai macam peruntukannya. Percayalah, untuk yang gak promil juga bisa dan rasa minuman rempah ini asli seger banget!


Setelah tiga promil itu, saya belum kunjung hamil juga. Diluar tiga promil ini, saya dan suami juga berikhtiar dengan metode yang lain. Kayaknya gak mungkin satu-satu diceritakan secara detail ya. Dibilang lelah ya lelah, dibilang harus kuat dan masih ingin melanjutkan usaha, iya juga. Jadi, setelah ini saya dan suami berhenti lagi. Tidak memburu-buru dengan aturan yang saklek. Kembali ingat bahwa rezeki berupa anak itu hanya kuasa Allah.

Lanjut di postingan berikutnya aja ya. Masih mau baca kah?

09 April 2024

Kacang Bawang, Suguhan Khas Lebaran

Sebenarnya kriteria apa sih yang bisa menjadi sebab musabab sebuah hidangan atau kue menjadi ciri khas saat momen-momen tertentu? Salah satunya adalah kehadirannya. Saat tidak ada momen itu, hidangan atau kue itu sangat jarang ditemui.

Kacang bawang
Kacang bawang

Kalau ada yang tanya, apa kue khas lebaran, sebagian besar jawabannya adalah nastar. Yups, kue kering dengan isian selai nanas ini memang sudah jadi primadona di hampir setiap rumah saat lebaran tiba. Tampilannya yang glowing dengan usapan kuning telur, aroma wangi butter dan tekstur yang lembut meleleh memang gak bisa dilewatkan begitu saja.

Makanya gak heran kalau hampir setiap orang ingin menghadirkan kue yang satu ini. Entah itu bikin sendiri, atau beli. Tapi, tidak dengan saya. Semenjak saya tinggal di rumah sendiri, setiap lebaran, nastar tidak jadi kue khas lebaran di rumah saya. Selain saya memang gak bebuatan kue sendiri, saya juga punya suguhan khas lebaran versi saya.


Kacang Bawang. Iya, kacang bawang jadi suguhan yang bagi saya hanya setahun sekali. Ya saat lebaran tiba. Ada beberapa alasan kenapa hampir selalu ada kacang bawang di rumah saya. 

Pertama, cara membuatnya gampang, bahannya sedikit, gak ribet. Kalian hanya butuh kacang tanah kupas, garam, bawang putih, dan minyak goreng. Gak ribet macam mau buat kue nastar yang harus sedia terigu, mentega, butter, susu bubuk, telur, vanili, dan lain-lain itu. Buat kacang bawang juga gampang banget, tinggal goreng aja bolak balik, selesai. Gak perlu pakai mixer, buat adonan, cetak-cetak, manggang, duh!

Kedua, kacang bawang menempati urutan awal suguhan toples yang cepat habis. Artinya, kacang bawang ini favorit lho. Gak kerasa aja sambil ngobrol sudah habis segenggam, tinggal capeknya aja mulut ini, hehe.

Ketiga, harganya terjangkau banget. Untuk sekelas rumah mungil dan tamu yang minim, buat kacang bawang 1 kg saya rasa sudah cukup ya. Harga kacang kupas juga kisaran Rp 30.000,-an per kilogramnya. Modal gak sampai Rp 50.000,- sudah dapat suguhan favorit deh.

Keempat, kemungkinan gagal membuatnya itu kecil banget. Hampir setiap kali buat kacang bawang ini, saya selalu berhasil mendapatkan tekstur renyah dan rasa yang pas. Gak keasinan, atau gak juga hambar. Siapa coba yang gak senang kalau usahanya membuat suguhan berhasil? Ya kan?

Nah, kali ini saya buat kacang bawang dengan sesimpel-simpelnya. Gak pakai bumbu apapun alias hanya garam dan bawang putih saja. Hasilnya, enak, gurihnya pas, renyah juga. Mau meniru? Boleh.

Kacang kupas dicuci bersih, tiriskan. Beri garam halus secukupnya, aduk merata. Sebelum menggoreng kacang, goreng dulu bawang putih yang telah diiris tipis. Angkat dan tiriskan. Di minyak yang sama, goreng kacang dengan api sedang, bolak balik supaya matangnya merata. Kalau sudah matang semua, campur bawang putih dan kacang goreng tadi. Biarkan dingin, baru masukkan ke dalam toples.

Selamat mencoba ya!

08 April 2024

Mudik Lebaran 2024

Seperti halnya bulan Ramadhan, setiap lebaran pun punya ceritanya masing-masing. Cerita tentang bagaimana kemeriahannya, cerita tentang bagaimana riwehnya sebelum lebaran, cerita tentang mudik untuk berkumpul bersama keluarga, dan cerita-cerita lain yang sayang kalau saya lewatkan begitu saja tanpa menuliskannya.

Mudik Lebaran

Kali ini tentang mudik. Saya memang tinggal tidak jauh dari rumah orangtua. Masih satu kecamatan, satu kabupaten. Dengan mertua pun juga tidak terlalu jauh meski sudah beda kabupaten. Saya di Lampung Selatan, sementara mertua saya di Bandarlampung. Tapi tetap masih bisa ditempuh dengan berkendara selama kurang dari 1 jam perjalanan.

Dalam kehidupan saya, hanya 2 tahun saja saya merasakan euforia mudik yang benar-benar terasa jauh dan penuh perjuangan. Itu sudah lama sekali ya, sekitar tahun 2010-2011 lalu saat saya kerja di Palembang. Selama 2 tahun itu, saya sudah pernah merasakan berburu tiket kereta api yang waktu itu memang harus saya perjuangkan kalau ingin mudik.

Itu cerita dahulu kala, hehe. Sekarang, setelah saya kembali menetap di tanah kelahiran, bersuami dan menjalani kehidupan bersama keluarga kecil, saya tidak pernah lagi merasakan mudik dalam artian perjalanan jauh. Tapi kalau arti mudik adalah berkumpul di rumah orangtua selama lebaran, itu saya lakukan setiap tahunnya.

Sesuai dengan perjanjian, tahun ini lebaran hari pertama kami adalah di rumah orangtua saya. Ada yang berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Lebaran kali ini kami sudah bertiga, alhamdulillah. Ada si kecil yang tahun ini ikut 'mudik' juga.

Baca juga : Tips Mudik

Kalau tahun-tahun kemarin, mudiknya hanya berdua, gampang banget bebawaannya. Baju untuk lebaran dan beberapa baju untuk tidur. Selebihnya, ada baju cadangan di rumah orangtua masing-masing atau kalau kepepet ya balik ke rumah kami dulu, baru lanjut perjalanan.

Rupanya, punya anak kecil, apalagi yang masih berumur kurang dari 1 tahun, gak bisa semudah itu, hehe. Harus dan mau gak mau ya, bawa perlengkapan si kecil ini. Mulai dari baju-baju yang gak cukup dihitung sehari ganti hanya sekali. Peralatan mandinya, popoknya, dan peralatan makannya. 

Jujur, saya masih suka salah perhitungan. Misalnya, seharusnya bawa baju lebih banyak karena siapa tahu bajunya basah berkali-kali, atau tiba-tiba harus menginap lebih dari yang direncanakan. Karena ya, belum tentu di rumah yang dikunjungi itu ada baju bayi kan? Kalau baju orang dewasa mungkin masih bisa pinjam punya saudara.

Akhirnya, sesi persiapan bawa baju dan perlengkapan si kecil ini selesai dengan hasil 1 tas besar dan tentengan 2 tas tangan. Dalam hati, ini baru punya anak satu ya, gimana adek saya yang sudah punya anak tiga, dan tinggalnya jauh melewati beberapa kabupaten dan provinsi, haha.

Lanjut ke riwehnya sebelum mudik ini. Saya tipe orang yang kalau harus meninggalkan rumah, apalagi menginap beberapa hari, rumah yang saya tinggalkan ini harus sudah bersih dan rapi. Tujuannya agar saat kami kembali, saya gak terlalu pusing melihat rumah berantakan. Paling hanya tinggal sapu-sapu atau membersihkan debu.

Jadi sebelum mudik, saya harus beberes dulu. Saya pastikan tidak ada cucian kotor yang menumpuk, peralatan makan dan masak yang tertinggal dalam keadaan kotor, dan lantai yang masih berminyak. Masalahnya adalah, suami saya belum libur sampai hari ini. Padahal kami niat untuk mudik hari ini. Si kecil gak mau ditinggal, dia sudah pintar bagaimana menahan ibunya agar terus bersamanya. 

Alhamdulillah pertolongan datang. Adik-adik saya yang sudah duluan sampai rumah orangtua, say mintai tolong untuk jemput saya. Tapi sebelumnya, saya mintai tolong untuk bantu beberesan dulu, hehe. Enaknya punya saudara itu ya begini. Lumayan lah bisa selesai lebih cepat dan bisa mudik lebih cepat juga.

Walaupun gak merasakan mudik yang jauh dan perjalanan yang lama, tapi saya tetap bisa merasakan euforia mudik lebaran tahun ini. Ini cerita saya, gimana ceritamu?